apa kata mereka? aku tak pernah peduli. kau cerca aku aku ludahi kau. aku badut memang itu aku. kau tak pernah mengerti. rasa hebat ini kutempa dalam suara yang tertimbun dibalik hati. aku ada karena kebodohanmu. kau pilih aku karena hasutanku. ku suapi kau dengan flora dan fauna yang sudah matang. kau muntahi aku dengan hartamu. aku bangga menjadi seorang koruptor......... itu kata hatiku yang paling rapuh.

Selamat pagi hari berganti lagi problema hidup menanti lagi kbahagiaan terdampar dibalik jeruji. Dobraklah aral teruslah berlari. Kejar dan raihlah bahagiamu.Diiringi doa dan titah ibu.Raihlah mimpimu nyatakanlah kebahagiaanmu

Perempuan yg mnjadi tiang suatu negri kau perhiasan trindah dlm khidupan.Diamlah dlm etalase agr hargamu ttp tinggi.Jgnlah kluar dlm etalase hidupmu sampai ada sodagar hati yg mminangmu.Hiduplah ddlm rmh brgmbok sribu agr kau trlindungi.Hijabmu simbol ksucian jg kau robek semaumu.Agar hargamu tak seperti terasi

Perempuan hadir dlm hijab cantik menarik tak seorang pun berani menyentuhmu. Kau sprti berlian didalam istana anggun dan agung.Itu dahulu brp thn yg lalu.Skrg permpuan berhijab trendi anggun paras berlekuk tubuh.Hijab hanyalah tempelan jilbab hanyalah hiasan.Permpuan brhijab kini sprti batu koral terinjak2 dpinggir jln.Permpuan berhijab kmbalilah ke fitrah din mu.

Ya Tuhan sisakanlah surga utk hamba. Meski siksa neraka menanti hamba bkn ahli surgamu. Maafkanlah sgala hilaf dan dosa hamba. Dlm tafakur hamba jumpai sjuta keangkuhan yg tak pantas hamba banggakan.Jika engkau ambil jiwa raga hamba, hamba pasrahkan diri seutuhnya dlm doa dan dosa. Maafkanlah hambaMu ini..

KEMATIAN

Kematian mengintaiku saat terlelap dlm hidupku.tak secuil atom pun dpt menghalangi cengkramannya.Kuberlari menapaki jln.Tujuanku pun blm terlihat.oh Tuhan kerikil2 ini menusuk telapak kaki benarkah jalan yg kutelusuri sementara mereka brlari kencang djln yg penuh kemewahan.Tunjukanlah jln yg sesungguhnya tuk mencapai firdausmu.Meski itu penuh onak duri ku kan merangkak tuk berjumpa dgnMu.

Emas berlian perak intan smuanya barang mahal buat dapetinnya org bersusah payah kadang lupa akan keselamatan dirinya. Perempuan pun ky gt. Dia sangat brharga krn mahal hargadirinya.Itu jg kalo yg mahal.Cewe yg murah mah skrg malah tercecer dimana2. Jd skrg trserah mau jd yg mahal apa yg murah hei wanita2 indonesia?

Mentari pagi bersinar menusuk iga orang orang tak kenal lelah. Pagi disambut teriakan iba jerit hati ringkikan kalbu. "Makankah aku hari ini" oh Tuhan! bocah2 malang digubuk surgaku msh bisakah mereka menjilat aron-aron yg kucari? Sampah kudulang menjadi emas namun tetap tembolok hanya terganjal aron bekas tuan tuan penuh harta. Kemanakah sang dermawan melirikan matanya?Diskotik atau malah gubuk kardusku?

KEANGKUHAN

Ketika mayat brgeletakan diujung tombak
kau tersenyum terkekeh dalam nyatanya inspirasimu.
Kau tolakan tangan diatas pinggangmu
penuh arti berkata "rasakanlah" gumammu girang
merajut luka kepedihan yang menyayat seribu hati.
"Aku yg trbesar,Akulah rajamu"
Pekikmu meraung bergemuruh menjadi kumpulan suara keangkuhan.
Namun seekor semut kecil masuk ke dalam telingamu
dan menggelitikmu hingga mati
Skrg dimanakah kau wahai manusia-manusia angkuh?

PEREMPUANKU

perempuanku aku cinta kau sampai nirwana.
akad kunanti ijab dan kabul dambaan hati.
perempuan berlesung pipit aku menanti buah cinta darimu
hingga tiada lagi yang memisahkan kita selain usapan Izroil.
Perempuan yang kucinta suci vaginamu jagalah
hingga ijab kabul menggelegar dibawah tenda biru dimana kita berdua berteduh dibawahnya.
perempuan yang kucinta ingatkanlah selalu
aku nafkahi kau nanti dalam naungan Ilahi

൩ DEWA

Rame-rame... 3 org agung menjadi dewa bagi diri mereka sendiri.
Mendewakan visi yg menggiurkan.
Didewakan bocah2 brseragam warna warni.
Bagai dewa asmara merayu rakyat agar menjadi mahanya dewa.
Nusantara kahiyangan dewa terguncang hebat hampir celaka.
Duhai yg jadi mahanya dewa umatmu melek tak pernah buta.
Jika kau gagal menjadi dewa rakyat celaka engkaupun dosa.

belum ada judul

sepi malam ini sendiri aku tiada teman
apa kau juga begitu?
aku jadi mengingat semua kenangan terpahit dalam hidupku
saat ku memeluk kau dalam nafsu

TAK SEPERTI DULU

Dulu ketika aku masih kecil
Rimbunan pohon sering menjadi tempatku berteduh
Setiap pagi burung pun menyambutku dengan kicauannya
Semua terasa indah, alam pun terasa damai.
Sekarang semuanya telah berubah
Pohonku sudah tak ada lagi
Kicauan burung sudah tak terdengar lagi
Alamku pun sudah tak damai lagi.
Sejuk kampungku sudah berubah menjadi debu
Tanahku pun sudah bermetamorfisis menjadi beton
Bukan lagi pohon yang tumbuh
Tetapi tiang-tiang besi dan lampu-lampu
Serta pamflet-pamflet besi raksasa.
Namun yang paling mengkhawatirkan
Bukit-bukitku sudah sudah disulap menjadi tol dan jalan-jalan yang melayang-layang
Banjir pun tak dapat dielakkan lagi
Sungaiku pun jadi sering meluap karena banyaknya genangan sampah
warna dan baunya pun sekarang menjadi sangat menyebalkanku.
Betapa tidak?
Sungaiku sekarang warnanya hitam seperti arang
Baunya meyakinkan aku untuk tidak berenang lagi di dalamnya
Sehingga sekarang untuk berenang pun aku harus membeli karcis
Tidak seperti dulu yang hanya tinggal buka baju dan ceburkan diriku ke sungai
Apa yang kan terjadi nanti pada anak cucuku?
Akankah mereka membayar uang sewa mesjid untuk sembahyang seperti aku sekarang yang harus membayarkan uang ketika kencing?
Tunggu saja nanti!

MALAM TADI

Malam tadi ketika aku hendak bermain billiard
Kulihat seorang bocah sedang duduk memegang botol plastik yang di belah dua
Menjadi wadah untuk usahanya mencari harta
Dia tersenyum kepadaku dengan penuh iba
Sejenak hatiku bertanya
Kemana ayahmu nak?
Esok tidakkah kau sekolah?
Lalu aku tunjuk mukaku dan kutanyakan padanya
Tidak malukah kau dengan situasi seperti ini?
Masih inginkah kau pergi ke tempat billiard itu?
Padahal di depan hidungmu ada penderitaan
Saudaramu menangis tapi kau tertawa
Coba kalau bocah itu adikmu
Masihkah kau akan berdiam diri?

MAAF

Setetes air mataku tiba-tiba saja tumpah
Ketika sebuah wajah menghantui bayang mataku
Mengingatkanku pada dosa yang telah aku perbuat
Kusakiti kau dengan tanpa kata
Aku terdiam dan terus berdiam
Kukunci mulutku seperti batu
Maafku untukmu
Tak ada yang dapat kuberi padamu
Kemiskinanku bukti cintaku
Yang tulus walau sedikit ragu
Maafku sekali lagi
Untuk orang-orang yang aku cintai
Haruskah aku terus berlari
Mengejar mimpi yang belum tentu pasti?

JANGAN SALAHKAN ANJING

Jangan salahkan anjing saat kau kesal!
Mengapa?
Karena anjing pun ciptaan Tuhan.

SEBELUM AKU MATI

Sebelum aku mati
Ingatkan aku satu hal!
Sudahkah kau balas jasa ayah dan ibumu?
Dengan apa?
Tolong ingatkan aku!

TERNYATA SEMUANYA HANYA DALAM MIMPI

Kulamunkan sebuah wajah
Kumuntahkan gundah
Kukeluarkan air mata
Ternyata kau yang datang dalam lamunan
Kau pun tersenyum lalu kau rangkul pedihku
Ternyata semuanya hanya dalam mimpi

MENGERTIKAH KAU?

Sebelum aku sadar dan terbangun dari tidurku
Kutak bisa mengingat apa yang ada di sampingku
Bahkan bahaya yang selalu mengintaiku
Aku bak mayat yang kebal dengan bacokan
Tak ada alasan bagiku untuk angkuh dan tertawa
Di saat kesedihan menghampiri jutaan kepala
Kadang aku menyesal menjadi manusia
Tapi apa dayaku?
Semuanya telah ada yang mendogma
Takdir telah berbicara
Seorang pun tak ada yang bisa membungkamnya
Sudah sampai di sini
Pikiranku ternyata sebatas dayaku
Mengertikah kau?

DOA SEBELUM TIDUR

Ini hanya sebuah harapan
Ketika seorang manusia hampir mati karena kelaparan
Tak bisa berbuat banyak selain menadahkan tangan
Malah sering dipandang jijik dan penuh hinaan
Harapan dan harapan yang selalu jadi impian
Semoga dan mudah-mudahan menjadi kata andalan
Aku pun tak bisa berbuat ketika merenungi apa yang telah aku saksikan.

Di tempat tidur ini sekarang sedang aku lamunkan
Beribu wajah yang tak pernah kenal tumpah ruahnya kekayaan
Beribu perut yang jarang dalam sehari mencerna makanan
Dan beribu pantat yang duduk hanya di atas sampah dan kotoran.

Untuk mereka aku berharap kepada Tuhan
Semoga hidup mereka jauh dari cacian
Dan diangkat sidupnya dengan penuh kemulyaan
Walau di dunia mungkin itu hanya impian
Tapi di akherat nanti semoga jadi kenyataan.

Doaku sebelum aku ketiduran
Semoga kemiskinan, penindasan, pemerasan, dan saudara-saudaranya dihilangkan
Amin ya Tuhan!

KOK?

Akhirnya setelah sekian lama bom itu meledak lagi
Menghancurkan segala yang ada di sekitarnya
Rupanya nyawa manusia sudah tak berharga lagi
Sama seperti nyamuk yang tiap malam dibunuh manusia
Darah pun tumpah lagi di mana-mana
Jeritan dan tangisan pun terdengar lagi dan terus menggema
Aneh memang …..
Kok bom diledakan di rumah sendiri?
Kok saudara sendiri dibunuh?
Kok begitu teganya?
Kok?
Jawab pertanyaanku!!!!!!

KENAPA BARU SEKARANG AKU MEMANGGILMU

Aku makhluk berpesta
Hura-hura sudah jadi kendaraanku
Kakiku sering kularikan ke diskotik
Tanganku pun sering kulemparkan ke kotoran
Tak ada keindahan selain arak
Tak ada kenikmatan selain main judi dan perempuan
Temanku setan, musuhku malaikat
Tapi bapakku seorang kiyai
Aku anak durhaka yang tak turut sama bapak
Ibuku pun sering kumuntahi dengan cacian sampai teriak dengan tangisan.
Sampai suatu ketika aku terkena bencana
Dan keluargaku semuanya hilang ditelan Tornado
Tubuhku pun sempat remuk dengan dengan pukulan-pukulan alam
Aku baru sadar waktu itu
Ayahku datang, ibuku datang, tetapi tak dapat kurangkul
Semuanya hanya fatamorgana
Mereka telah meninggalkanku
Sejak itu, hanya ada satu nama yang aku sebut “Tuhan!”
Dan kutanyakan pada-Nya: “Mengapa baru sekarang aku memanggilmu?”.

LIKA LIKU PENGANTI BARU

Sebulan lagi kau akan jadi raja temanku.
Walau hanya sehari, pasti kau bahagia.
Kenapa kau terus mengeluh?
Tentang calon mertua yang rewel dan banyak hutang
Tentang biaya yang berpuluh-puluh juta
Tentang gedung yang ‘kan kau sewa
Tentang transportasi untuk mengantarmu
Tentang hotel ‘tuk bulan madumu
Juga tentang jamu apa yang kau minum biar orgasmemu tahan lama.

Oh temanku, rumah tangga tentu banyak tangganya
Jangan turun teruslah naik!
Jemput anakmu di atas sana yang akan segera tiba!
Jaga mereka jangan sampai jatuh!
Temanku hati-hatilah kalau sedang naik tangga
Jaga jangan sampai titian tanggamu patah dan membuatmu jatuh!
Tentu akan sakit jatuh sebelum sampai pada tujuan

Oh temanku, angin yang menerpamu pasti akan kencang
Pegang erat-erat istri dan anakmu nanti
Agar tidak lepas dari tanganmu
Jaga mereka, itu pesanku.

Oh temanku, ingatlah selalu!
Jadi penganten, pasti penuh lika dan liku.

BERONTAK

Berontak, berlarilah!
Berontak, hancurkanlah!
Berontak, teriakanlah!
Berontak, berontaklah!
Keluarkan kedongkolanmu!
Keluarkan kekesalanmu!
Hancurkan rintanganmu!
Tending semua musuhmu!
Tinju ulunya!
Pukul perutnya!
Tusuk tubuhnya!
Cekik lehernya!
Puaskan nafsumu!
Selesaikan amarahmu!
Tuntaskan perjuanganmu!
Jaga hatimu!
Ingat Tuhanmu!
Berontaklah di atas kertas putih!
Lawanlah pemberontakan kertas hitam!
Berontak, berontaklah!
Berontak?
BEROTAKLAH!

UNTUK DIBAWA MATI

Keinginan yang selalu hadir
Sering menggoda hasratku
Menghabiskan semua yang kumiliki
Uang yang kumiliki
Ingin kutabur untuk membeli semua keinginanku
Pakaian bagus, sepatu bagus, ponsel bagus,
perhiasan bagus, parfum bagus, kendaraan bagus
dan lain-lain yang serba bagus.
Tapi apa arti dari semua ini?
Bukankah bagus itu jembatan menuju usang?
Ah dasar aku ini manusia!
Sering lupa kalau mati tidak membawa buah tangan apa-apa
Selain kain putih pembungkus mayat
Entahlah …
Aku tak tahu lagi dengan apa yang ada di dalam hatiku
Sudah jenuh aku dengan perilaku saat ini.
Adakah ketiadaan yang ada tersisa dalam hatiku?
Ikhlas nyata yang nyata-nyata ikhlas
Memberi sesame,
Menabung pembalasan amal dalam kehidupan ukhrowiku nanti
Untuk di bawa mati.

Barisan Pengemis

Udara malam kian terasa dingin.
Gerimis pun perlahan membelai bumi.
Barisan pengemis tetap rapih bercokol
tak bergerak dan beranjak dari ladangnya
bersikokoh dengan tekadnya
Tua muda, anak-anak maupun orang dewasa
berjajar di depan terminal yang kulewati
Barisan pengemis mencari nasi.

Kulihat payudara seorang ibu
putingnya keluar menyumbat mulut si bayi,
Bagi si bayi seharusnya tak terjadi.

Barisan pengemis yang kulewati
seperti pasukan pengibar bendera yang berjajar rapih
penuh disiplin tak kenal lelah
meminta dan meminta, menerima dan diludahi.
Barisan pengemis yang kulewati
Warisan Belanda untuk anak negeri.

Bogor, 21012005

Dalam Tafakurku

Dalam tafakurku
kujumpai sejuta peluh
luruh dalam lautan gundah
menguliti miliaran pedih.
Luka yang tak akan pernah sembuh
tergores ujung pedang yang tak bosan mengukir dosa.

Dalam tafakurku
tercermin bayang Rahwana dalam wajah Ramaku.
Dasamuka pun hanyut dalam riak keangkuhan
mengapung mengelilingi hati dan akalku.

Dalam tafakurku
terbesit hasrat para nabi yang mengusir Rahwana jiwaku
mengucurkan Zam-zam yang tersembunyi dalam celah rongga hatiku.

Dalam tafakurku
Tak ingin kuterus berenang dalam kolam nista
dan selalu kuingin berlabuh di kesunyian pulau damai
yang dihuni oleh malaikat dan para nabi.

Dalam tafakurku
Kuingin berjalan menyusuri hutan dan belantara kehidupan
Aku pun ingin berlari sekencang Tsunami
yang menyapu dan menampar semua hewan dan manusia
Seperti dosaku yang tak pernah kunjung sirna.

Dalam tafakurku
Kuingin?
Tak ingin hanya ada janji, pembicaraan, dan kebohongan
Walakin juga PEMBUKTIAN

JOJO
Bogor, 13012005

Jakarta

Kau bukan siapa-siapa bagiku
Singgahku pun hanya sebentar
Tak pernah lama apalagi abadi
Keangkuhanmu cerminkan duri
Yang menusuk setiap jerit hati
Manusia-manusia lapar yang tak pernah punya arti
Jakarta, itulah namamu
Walau kutak pernah singgah di hatimu
Namun seribu benci menyertaiku
Walau jutaan tangis meratapmu
Sayang tak pernah kau gubris
Walau jutaan rintih menyapamu
Namun tak pernah kau sahut
Kau rangkul badut-badut jutawan
Kau campakkan isak-isak pedih orang-orang kelam
Jakarta sungguh kau begitu kejam
Menyapamu pun aku enggan

Bogor, 20012004

PAK PRESIDEN

Pak presiden!
Tolong dengar teriakku
Jangan kau berpura tuli
Aku rakyatmu, sekarang sedang kronis
Perutku sakit, dari pagi kemarin aku belum makan
Tak ada nasi dan juga lauk pauk
Beras miskin pun tak dapat kubeli
Hanya air putih yang bisa aku konsumsi
Itu pun aku ambil dari kali yang bercampur dengan limbah industri

Pak presiden!
Tolong lihat adikku
Sudah tiga tahun jadi pengemis
Bahkan sudah lupa dengan alfabet
Maklum, sudah tiga tahun putus sekolah
Kar’na tak ada uang untuk bayar SPP
Apalagi untuk beli buku yang harganya selangit.

Pak presiden!
Dari pada beli buku, lebih baik aku beli Raskin
Ganjal perut buat nyambung hidupku

Pak presiden!
Tolong cium bau keringatku
yang sama baunya dengan lingkungan tempat tinggalku.
Maklum aku tinggal di bedeng sampah yang pantas buat kandang kambingmu.

Pak presiden!
Tolong cuci tangan dan kakimu
Agar apa yang kau sentuh tidak menjadi kotoran politikmu
Juga langkahmu tidak tergelincir pincang dan menginjak hati-hati kami.

Pak presiden!
Tolong sadarlah kalau kau manusia rendah
Sama seperti aku yang pasti akan mati.

Pak presiden!
Ingatlah!
Tuhan sekarang sedang mengintaimu!

UNTUK HARI

Kenapa engkau lari begitu cepat?
Sekarang engkau di sini dan esok engkau tinggalkanku
Engkau pun tak pernah kembali
Engkau lari dari Senin ke Selasa, dari Selasa ke Rabu, dari Rabu ke Kamis, lalu kau hampiri Jumat, datangi Sabtu, dan kau pun tertawa ketika sampai di Minggu.

Ah, hari …….
Setiap saat kau ambil sisa nyawaku sedikit demi sedikit
Hingga aku pun bertambah tua dan lemah
Hari, kau sering membuatku lalai
Engkau sering membuatku diam dan bermalas-malasan
Tak ada yang dapat aku perbuat ketika engkau meninggalkanku
Aku tak bisa menghampirimu lagi
Aku hanya bisa menunggu hari yang baru
yang bisa menamparku,membangunkanku, dan menyadarkanku
bahwa dia tak mau disia-siakan.

Untuk hari yang pernah menemuiku
Aku hanya bisa mengenangmu dan tak mungkin aku menghampirimu lagi
Hanya penyesalan yang ada
Mengapa tidak kujamu kau kemaren ketika menghampiriku

INDONESIAKU

Indonesiaku negeri tercinta
Hidupi aku dari kecil hingga dewasa
Tempat di mana aku makan, minum, bermain, tertawa, menangis, tidur, dan bekerja
Tak ada alasan bagiku untuk tidak menerimamu apa adanya
Walau kini banyak anjing yang meludahi muka yang kau punya
Dan mencakarnya hingga tak hilang bekas luka.

Indonesiaku kini tinggalkan Tanya
Sedihkah kau dengan apa yang ada?
Atau berpura-pura gembira di atas hati yang luka?
Hingga kau muak dengan apa yang ada
Dan kau keluarkan isi perutmu semuanya
Kau pun goyangkan tubuhmu hingga timbul parade gempa dan bencana lainnya.

Oh Indonesiaku, sabarlah dan janganlah kaumudah begitu murka!
Masih banyak yang menyayangimu seperti aku dan rakyat-rakyat jelata lainnya
Yang tak makan dosa apa-apa namun terkena getahnya perbuatan dosa mereka
Yang serakah, tak punya malu, dan rasa
Oh Indonesiaku, cepatlah redakan murka yang kau punya!
Maafkan mereka yang tak tahu apa-apa namun menderita
Karena dosa binatang-binatang yang haus harta dan tahta
Indonesiaku!
Percayalah, Tuhan pasti melindungimu.

Dada (UNTUK PEREMPUAN)

Dada itu bulat dan indah.
Beda dengan tekadmu yang hanya ingin menjilat,
porak-poranda berwujud tak jelas.
Seperti itulah dada
mengundang angkara, hasrat, dan birahi
terlebih menyembul sengaja bak galeri yang diloakkan
memancarkan kepuasan tersendiri
walau tak ada dalam wacana norma
tak peduli lagi dengan agama.

Dada sudah seperti dulu lagi.
Seperti zaman pra-sejarah
wajahnya tak bermalu
walau tak berkain dan berkawat kutang.
Dada, tak sadarkah kau?
Matahari dan mata lelaki sering mengintaimu?
Keduanya sama berhawa panas
Tapi mereka berdua berbeda
Pikirkan saja olehmu!

Dada, tak inginkah kau sembunyi?
atau tidur berselimut rapih?
sehingga tak ada yang mengganggumu.
Dada, cobalah untuk bersabar
dan katakana pada temanmu, si Hati
“Jangan ajak aku untuk keluar rumah sebelum malam pengantin tiba!”

Apa karena kau dosen?

Ada apa denganmu?
Tak bisakah kau menahan emosi tuamu?
Marah dan marah saja bisamu
Lupakah kau akan usiamu?
Tidak sadarkah ratusan mahasiswa menggunjingmu?
Ah… dasar kau memang tak tau diri
Apa karena kau dosen jadi bebas berbuat sesuka hatimu?
Aku muak dengan tingkahmu
Mendengar langkahmu pun aku enggan
Ihhhh…. Amit-amit
Mudah-mudahan aku tak seperti kau
Dibenci semua orang
Diledek semua orang
Dimaki semua orang

Bogor, 10012005

Bendera ½ Tiang

Bendera ½ tiang
Berkibar malu-malu
Bendera ½ tiang
Bergoyang ragu-ragu
Kapan engkau akan naik sepenuh tiang?
Setelah duka Aceh sirna?
Atau setelah mayat-mayat tsunami sirna?
Entahlah…..
Engkau bendera ½ tiang
Menyambut gulungan ombak tsunami
Yang menyapu ribuan bangunan dan manusia
Menghancurkan hati kami, bangsa Indonesia
Bendera ½ tiang
Cepatlah kaunaik ke atas puncak tiangmu
Satukan hati kami!
Bulatkan tekad kami!
Untuk merombak puing-puing yang berserakan
Untuk membangun kembali Aceh
Dan menghidupkan kembali sisa-sisa jiwa yang hampir mati karena guncangan- tsunami
Wahai bendera ½ tiang
Tolong kabarkan berita ini kepada Tuhanmu
Yang memang juga Tuhanku
Agar Dia segera mencabut keputusannya
Untuk menghancurkan Aceh

Bogor, bangku kuliah 05012005

CINTAKU HANYA HATIMU

Yang manis bukan hanya gula
Senyummu pun manis
Malah lebih manis daripada gula
Salju itu putih, tak beda dengan kulitmu
Sayang kau terlalu cantik
Sampai aku nyesel mengenalmu tidak dari dulu
Tolong ma’afkan aku
Yang tak pandai merayumu
Dan doakanlah agar aku lupa
Bahwa aku tidak pernah tergila-gila padamu
Nonaku …..
Sadarlah!!!!!!!
Cintaku, hanya hatimu

Bogor, 28122004

Janganlah Bosan

Sorot matamu tajam dan ganas
Merobek hati dan perasaanku
Sisakan sejuta tanya
Tentang apa yang sedang terjadi di dalam hatiku
Sorot matamu tajam dan garang
Tak beranjak dari tatapmu.
Kuat mulutmu di tete ibumu
Pertanda macan segera tumbuh
Jangan takut untuk teriak
Tinju rintangan yang menghadangmu
Cepatlah besar sebesar gunung
Hajar semua duka yang tiba
Bahagiakanlah hati ibumu
Cepatlah asah pisau pikirmu
Iris semua ilmu dunia
Kupas semua ilmu akhirat
Janganlah bosan untuk berbuat!

Bogor, 10012005

Tsunami Marah…

Desember akhir 2004
Menjadi saksi keangkuhan tsunami
Puing-puing berserakan
Rumah-rumah hancur berkeping-keping
Darah pun mengalir di mana-mana
Ribuan orang kehilangan sahabatnya
Ribuan anak kehilangan orangtuanya
Ribuan suami menangisi kematian anak-istrinya
Ribuan istri ditinggal suaminya
Ada apa ini?
Sampai-sampai kain kapan menjadi kebutuhan
Dosa siapa ini?
Sampai-sampai tsunami marah
Dengarlah jerit saudara kita di Aceh
Lihatlah duka teman kita di India dan Maladewa
Rasakanlah derita orang di Malaysia, Thailand dan srilangka
Tsunami telah menendang mereka
Tsunami telah menghancurkan mereka
Pun Tsunami telah menampar kita
Menyadarkan kita bahwa kita hanya makhluk
Hina, dina, lemah, tak berdaya
Tsunami …oh tsunami
Sampai kapan marahmu reda?
Bogor, 27 Desember 2004
“Jojo”

Saat rindu menerjang

Entahlah
Berat pikiranku
Untuk berbuat dan membayangkan
Wajah seorang perempuan
Penaku pun mendadak lumpuh
Untuk berjalan menuliskan kata-kata indah
Apa yang terasa bukan kebohongan
Saat rindu menerjang namun tak bisa
Berbuat atau memeluk kebahagiaan
Hanya endapan emosi yang tersisa
Hasrat pun mencoba berontak
Melepaskan diri dari belenggu nafsu
Lari dari bui kenistaan
Menghampiri kesunyian yang hakiki
Impianku sejak dini
Juli, 2004
“Jojo”

Dosen tua

Dosenku sudah tua
Kalau ngajar sering marah-marah
Dosenku sudah udzur
Sudah saatnya pensiun
Dosenku okem banget
Walaupun sudah tua
Dosenku kalau ngajar
Nyeloteh kurang ajar
Itu tangan nunjuk-nunjuk
Emang gua preman pasar?
Itu buku dibantingin
Pelampiasan ego tua
Sadar dong bu ama umur
Bentar lagi Ibu mati
Jangan malu untuk sadar
Cepetan deh tobat!
20 Desember 2004
“jojo”

Seorang Perempuan

Seorang Perempuan
Itulah yang melahirkanku
Seorang Perempuan
Itulah yang merawatku
Seorang Perempuan
Itulah yang mendidikku
Seorang Perempuan
Itulah yang pernah mengecewakanku
Seorang Perempuan
Itulah yang mencintaiku
Seorang Perempuan
Itulah kehormatanku
Seorang Perempuan
Itulah yang menyemangatiku
Seorang Perempuan
Itulah calon istriku
Seorang Perempuan
Itulah tiang negaraku

Kereta Toserba

Penuh sesak bukan khayalan
Gelantungan bukan taruhan
Semuanya adalah kenyataan
Kenyataan yang menyedihkan
Di sini semuanya ada
Tak kalah dengan swalayan
Bahkan lebih murah dari swalayan
Dari peniti sampai ikat pinggang
Dari kaos oblong sampai pakaian dalam
Semuanya murah meriah
Cocok untuk saku mahasiswa
Apalagi orang papa
Semuanya juga bajakan
Seperti banyak pengemis yang juga bajakan
Walau tidak semua pengemis di situ bajakan
Pengamen juga ada
Dari yang melek sampai yang buta
Dari anak kecil sampai dewasa
Dari yang malu-malu sampai yang banyak maunya
Mau memaksa, menodong, sampai mencopet
Begitulah suasana di kereta
Yang tak kalah dengan toserba Gerbong, 15 Des 2004

Perempuan Tua

Entahlah…
Perempuan tua itu
Duduk berteduh di bawah bayangan pagar
Sambil menghitung uang receh
Hasil keringatnya mengemis
Entah apa yang dipikirkannya?
Lima hari lagi lebaran
Baju baru atau beras yang dibeli?
Entahlah…
Apa ada yang masih peduli
Atau setidaknya pura-pura peduli
Terhadapmu…
Perempuan tua yang kulihat
Waktu itu…

AAAAAH…

Aku hanya sebongkah rasa
Jiwaku sepi
Hatiku pun kadang gelisah
Walau tiada kebencian yang menerpa.
Aku ingin teriakan
Muntahkan semua gundah
Aaaah…
Wahai budak-budak iblis
Apa yang menarpamu?
Kembalilah dan kembalikan
Sayap-sayap malikatku
Atau kurebut paksa
Agar kehebatan rasa suci
Menggemparkan bumi dan cakrawala
Retakkan maksiat yang melandaku
Hancurkan kemungkaran yang ada
Untuk kembali ke fitrah kemanusiaanku

GUMAM MEREKA

Gerimis itu turun saat aku berjalan
Menyusuri trotoar jalan dekat sebuah jembatan
Hatiku meringis dengan keindahan jalanan
Entah siapa yang memelihara
Kitakah atau mereka sendiri?
Mereka yang menadahkan tangan
Menutupi kepala dengan kafan kehidupan
Yang menjadi setengah kematian.
Nyawa pun mereka gantungkan di atas tangan yang bukan milik mereka
Entah sampai kapan kehidupan ini akan terus seperti ini?
Seperti kerasnya batu
Seperti tingginya langit
“Tidak adakah harapan yang tersisa?
Atau ada namun tak mungkin tergapai?
Atau tergapai namun dengan syarat nyawaku hilang?” Gumam mereka.


6 November 2004
“Jojo”

TAK TENTU

Tak sedikit pun aku berfikir
kita akan berdua lagi
bersama merajut angan-angan yang pernah robek
dicakar serigala-serigala rakus
mengaum tak terelakan suara teriakan
menggoda dan merangkul sepiku
aku dan kau pernah berjanji satu hati
namun kau ingkar dengan mencibirkan bibirmu dibelakangku
aku sepi tak menemukan circauan burung
aku bermimpi menggapai nikmat hidup
namun surga hanya melambai di ufuk barat
tak aral bagai anak kecil merengek sepi
aku tak tahu apa yang terjadi
surga hanya hayalan
neraka pasti menyambutku
juga pASTI kau

puisi suara hati

untuk hati
sepi
sunyi
senyap
tak terjamah asa, pura hasrat merajut mimpi-mimpi indah
tak sejengkal pun tanah yang dapat kupijak
ketika nafsu mengulang suka
aku tak tahu lagi
engkau di mana oh.....
engkau ke mana
tak akan pernah sekalipun mendua
pada syetan yang selalu merayu hati ini